(Sumber Gambar: goo.gl/RW5Aqh, goo.gl/DY7bXw)
Jaman dulu bagi saya tentu belum dinamakan jaman dulu bagi kakak atau orang
tua yang umurnya di atas saya. Ketika saya dulu, bagi mereka itu bukan dulu
melainkan pertengahan,, hehe. Tapi tetaplah saya ceritakan jaman dulu versi
saya, yang mana saya sekarang sudah berumur 29 tahun. Saya sedikit menceritakan
bagaimana Kore Sanggar dulu pada saat saya kecil.
Kata orang tua nama desa Kore
itu diambil dari nama pohon Kore atau istilah latinnya Calotropis Gigantea, pohon tersebut memang sungguh banyak, hampir dimana-mana
dia tumbuh termasuk di Lapangan La Hami. Saya masih ingat sekali pohonnya yang agak
besar, buahnya banyak ada yang muda juga ada yang tua. Bijinya yang tua-tua bisa
diterbangkan oleh angin, mirip2 salju di eropa, sungguh indah masa itu. hehe....
bentuk bungannya pun yang unik yang mana orang tua dulu membuat tebakan dari
bentuk bunga tersebut. “abu sabua keliling ba lako lima na ausi?”
(Orang pakai songkok dikelilingi lima anjing itu apa?) itulah kata tebak-tebakan
yang saya ingat persis. Memang jika kita lebih teliti melihat bunganya, bentuknya
hampir sama seperti tebakan tersebut. Dulu mendapatkan bunga Kore itu sangatlah
mudah saking banyaknya. sekarang jangankan bungannya pohonya pun sulit untuk
ditemukan.
Tidak hanya tumbuhan Kore yang banyak dulu,
tumbuhan lain yaitu tumbuhan duri yang merambat di tanah, kami sebut duri
tersebut dengan Rui Randa Reeeee (dibaca Re**,, hehe). Menginjak mereka sama
halnya dengan menginjak ranjau. Karena setelah menginjak satu, kita kesakitan
dan kita terburu mengangkat kaki dan meletakan kaki kita di tempat lain. Yang
mana tempat lain tersebut sudah dikuasai duri tersebut. Seperti kita terjebak jika kita telah
menginjaknya...
Mungkin ada dibenak kita, kenapa tidak pakai
sandal saat itu? Dulu sandal termasuk harga yang mahal yang susah dibeli,
karena memang ekonomi yang sulit dan sulitnya akses ke desa Kore ini. Apa yang
ingin dibeli memang sulit tapi apa yang dibutuhkan seperti makanan, sayuran,
Ikan dll masih mudah untuk didapatkan. Dulu nelayan mendapat ikan banyak sekali
sampai terbuang sia2, sampai ikannya dikubur di pantai. Kami yang rumahnya jauh
dari pantai pun bisa mendapatkan ikan dengan gratis tanpa membeli, kami bisa
langsung meminta dan mereka memberi, dulu memang bagus yakh tp jangan pula
dibandingkan dengan sekarang karena sudah tidak sesuai jaman. Akses jalan yang
tidak mendukung serta alat transportasi menjadi kendaraan mewah adalah salah
satu alasan sehingga ikan tidak bisa terjual habis. untuk menjual ikan ke kota
itu sungguh sangat sulit, tidak seperti sekarang. Sekarang tidak sampai sejam
ikan sudah bisa ditransfer ke kota, sehingga pendapatan meningkat dan mobil pun
dengan mudah bisa dibeli.
Sedangkan di darat ada daun serta buah kelor yang
melimpah, asam jawa yang selalu tersedia untuk siapa pun. Burung-burung, ayam
hutan masih banyak. Dulu menangkapnya hanya menggunakan ketapel dan jebakan
tali. Rusa pun kadang-kadang bisa nyasar di bukit dekat rumah (dorofare) dan
bisa diburu dengan anjing yang sudah terlatih.
Di sisi sosial dulu orang-orang tidak mengenal
obat untuk fly, film dewasa pun terbatas untuk orang yang pantas untuk
menontonnya. Anak sekolah taat sekali pada guru walaupun dipukul dan dihukum
itu hal biasa. Tindakan kriminal presentasenya lebih sedikit dibanding
sekarang. Sekarang semua berubah. Jaman sudah berubah tapi kita tidak bisa
sepenuhnya menyalahkan keadaan sekarang. Tentu selalu ada hikmah disetiap
perubahan itu.
Banyak dari orang-orang yang telah melewati masa dulu
termasuk saya walaupun tidak dulu2 amat. Dalam hati selalu berharap agar
generasi sekarang bisa menjaga Kore Sanggar. Apalagi bisa membangunnya sungguh
menjadi suatu kebanggan bagi kami, bagi kita dan bagi mereka yang akan tumbuh
di desa Kore ini.